Translate

Rabu, 16 Oktober 2013

orientasi baru program BK

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Peserta didik mempunyai potensi-potensi yang dapat dikembangkan dan kebutuhan materiil, spiritual yang harus dipenuhi. Menurut Havighurst (Monks dkk, 2002: 22), tugas perkembangan (developmental task) yaitu tugas yang harus dilakukan oleh individu dalam masa hidup tertentu sesuai dengan norma masyarakat dan norma kebudayaan. Peserta didik akan merasa sedih bila tidak dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik, sebaliknya keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan memberikan perasaan berhasil dan akhirnya perasaan bahagia.
Sementara itu, Menurut Abraham Maslow (Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, 2006: 203-209), hirarki kebutuhan yaitu suatu susunan kebutuhan yang sistemastik, dalam kebutuhan dasar (basic needs) harus dipenuhi sebelum kebutuhan dasar lainnya muncul. Hirarki kebutuhan itu meliputi pertama, kebutuhan biologis. Kedua, kebutuhan keamanan. Ketiga, kebutuhan untuk memiliki dan cinta. Keempat, kebutuhan harga diri. Kelima, Kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Keenam, kebutuhan estetis, Ketujuh, kebutuhan untuk aktualisasi diri. Kebutuhan tersebut menuntut sekali dipenuhi, sekali kebutuhan ini terpenuhi, muncullah kebutuhan pada tingkat berikutnya.
Dalam melaksanakan tugas perkembangan dan memenuhi kebutuhan materiil spiritual peserta didik akan menemui masalah-masalah tetapi kompleksitas masalah-masalah yang dihadapi individu yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda (Rohmat Mulyana, 2005: 210). Peserta didik di sekolah akan mengalami masalah-masalah yang berkenaan dengan: pertama, perkembangan individu. Kedua, perbedaan individu dalam hal: kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, kebutuhan, minat, pola-pola dan tempo perkembangan, ciri-ciri jasmaniah, dan latar belakang lingkungan. Ketiga, kebutuhan individu dalam hal, memperoleh kasih sayang, memperoleh harga diri, memperoleh penghargaan yang sama, dikenal, memperoleh prestasi dan posisi, untuk dibutuhkan orang lain, merasa bagian dari kelompok, rasa aman dan perlindungan diri dan untuk memperoleh kemerdekaan diri. Keempat, penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku. Kelima, masalah belajar (Tohirin, 2007: 111).
Dengan memahami karakteristik tersebut konselor dapat memilih pendekatan dan teknik yang tepat dalam memperlakukan peserta didik sebagai manusia dan mengetahui kebutuhan-kebutuhan peserta didik. Perlakuan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan peserta didik adalah merelevansikan program (Ridwan, 2008: 109). Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah diwujudkan dalam suatu program yang terorganisir dan terencana. Program bimbingan dan konseling akan terselenggara secara efektif, apabila didasarkan kebutuhan nyata dan kondisi obyektif perkembangan peserta didik.
Menurut Ridwan (Saring Marsudi, 2003: 23), bimbingan dan konseling yang bermakna adalah bimbingan dan konseling yang memberikan manfaat sepenuhnya bagi subyek. Oleh karena itu layanan bimbingan dan konseling hendaknya berdasar pada kebutuhan subyek. Hal ini berimplikasi dalam penyusunan program, program hendaknya disusun dengan diawali menganalisis kebutuhan (needs assessment). Hal tersebut dipertegas oleh temuan penelitian dari Sunaryo Kartadinata, dkk (1996-1999) yang menunjukkan bahwa program bimbingan dan konseling di sekolah akan berlangsung efektif, apabila didasarkan kepada kebutuhan nyata dan kondisi objektif perkembangan peserta didik (Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, 2003: 1).




BAB II
PEMBAHASAN
A.           Paradigma Bimbingan dan Konseling

Paradigma adalah sistem acuan menyeluruh yang membimbing aktivitas masyarakat. Paradigma konseling adalah pelayanan bantuan psiko-paedogogis dalam bingkai budaya.  Artinya, pelayanan konseling berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan pelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik.
Menurut American Heritage Dictionary pemaknaan paradigma kurang lebih adalah seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktek pelaksanaan yang merupakan cara pandang dari suatu disiplin ilmu untuk melayani masyarakat. Oleh karena itu, paradigma bimbingan dan konseling berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktek pelaksanaan yang merupakan cara pandang dari bimbingan dan konseling untuk melayani masyarakat. Untuk itu, di dalam disiplin bimbingan dan konseling sudah semestinya ada asumsi, konsep, nilai, dan seperangkat pelaksanaan yang merupakan perspektif dalam melayani masyarakat
Karena setiap saat, dari waktu ke waktu, tantangan, masalah dan kebutuhan masyarakat pada umumnya senantiasa berubah. Masalah dan kebutuhan masyarakat yang semakin bervariasi juga menuntut bentuk layanan yang harus diberikan semakin beragam jenisnya. Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan atau  bimbingan dan konseling komprehensif.
Paradigma pelayanan bimbingan dan konseling berorientasi pada pendekatan komprehensif yang didasarkan kepada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi dan pengentasan masalah konseli maupun peserta didik. Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan para personal Sekolah/Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf administrasi), orang tua peserta didik, dan pihak-pihak terkait lainnya (seperti instansi pemerintah/swasta dan para ahli : psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para peserta didik agar dapat mengembangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Atas dasar itu, maka  paradigma bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi  konseli maupun peserta didik,  yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi peserta didik sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual).

B.            Pengertian dan Landasan Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Bimbingan dan konseling merupakan system kegiatan yang dibuat guna membantu klien dalam mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin. Namun dalam prosesnya, siswa tidak selalu mengalami perkembangan yang baik, namun terkadang sifatnya fluktuatif atau tak stabil. Oleh sebab itulah, guna membantu siswa dalam perkembangannya perlu diberikan layanan bimbingan dan konseling yang komprehensif.
Bimbingan dan konseling komprehensif diprogramkan bagi seluruh siswa, artinya bahwa semua peserta didik wajib mendapatkan layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu bimbingan dan konseling komprehensif perlu memperhatikan: (1) ruang lingkup yang menyeluruh, (2) dirancang untuk lebih berorientasi pada pencegahan, dan, (3) tujuannya pengembangan potensi peserta didik (Suherman, 2011:51).
Ruang lingkup bimbingan dan konseling komprehensif tidak hanya berorientasi pada peserta didik sebagai pribadi saja, namun semua aspek kehidupan siswa sejak usia dini sampai usia remaja (SMA/SMK). Dimana focus utamanya adalah teraktualisasinya potensi peserta didik dan berkembang optimal sehingga peserta didik dapat meraih sukses di sekolah maupun masyarakat.
Titik berat bimbingan dan konseling komprehensif adalah mengarahkanpeserta didik agar mampu mencegah berbagai hal yang dapat menghambat perkembangannya. Selain itu, melalui hal preventif peserta didik mampu memutuskan dan memilih tindakan-tindakan tepat ang dapat mendukung perkembangannya.
Agar pelaksanaan program bimbingan dan konseling komprehensif berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka harus dipahami 5 premis dasar Bimbingan dan konseling komprehensif. Menurut Gysbers dan Henderson (2006:28) lima presmis tersebut adalah:
1.      Tujuan Bimbingan dan konseling bersifat kompatibel dengan tujuan pendidikan.
2.      Fokus utama layanan bimbingan dan konseling adalah mengawal perkembangan peserta didik melalui pemenuhan fasilitas peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi mandiri dan lebih optimal.
3.      Program bimbingan dan konseling merupakan Team Building approach artinya merupakan suatu tim yang bersifat kolaboratif antar staff.
4.      Program bimbingan dan konseling merupakan sebuah proses yang tersusun secara sistematis dan dikemas melalui tahap-tahap perencanaan, desain, implementasi, evaluasi, dan tindak lanjut.
5.      Program bimbingan dan konseling harus dikendalikan oleh kepemmimpinan yang memiliki visi dan misi yang kuat mengenai bimbingan dan konseling.

Landasan Bimbingan dan Konseling Komprehensif
1.      Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ?
2.      Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.
3.      Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya.
4.      Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
C.           Ragam Bidang Bimbingan dan konseling Komprehensif
Bidang bimbingan dan konseling dibagi ke dalam empat bidang, yaitu meliputi:
            a.     Bidang pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu  peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik  kepribadian dan kebutuhan dirinya secara  realistik.
            b.    Bidang pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
            c.     Bidang pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.
            d.    Bidang pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.              
D.           Jenis Layanan BK Komprehensif
1.      Layanan Orientasi
Layanan orientasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien memahami lingkungan yang baru dimasukinya untuk mempermudah dan memperlancar berperannya klien dalam lingkungan baru tersebut.
2.      Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan klien.
3.      Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien memperoleh penempatan dan penyaluran yang sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing.
4.      Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten yakni layanan konseling yang memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
5.      Layanan Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli/klien. Konseli/klien mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologi. Konseling ditujukan pada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam mengalami masalah pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Dapat disimpulkan bahwa konseling hanya ditujukan pada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya.
6.      Layanan Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli/klien. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.
7.      Layanan Konseling Kelompok
Strategi berikutnya dalam melaksanakan program BK adalah konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.
8.      Layanan Mediasi
Layanan mediasi yakni layanan konseling yang memungkinkan permasalahan atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak lain dapat terentaskan dengan konselor sebagai mediator.
9.      Layanan Konsultasi
Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.

Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang telah dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung, mencakup :

1.      Aplikasi Instrumentasi Data;merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes, dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya dan memahami karakteristik lingkungan.
2.      Himpunan Data;merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
3.      Konferensi Kasus;merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.
4.      Kunjungan Rumah;merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien.
5.      Alih Tangan Kasus merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten.


























BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Tujuan dari pelayanan konseling adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku peseerta didik (konseli). Konselor memusatkan perhatiannya kepada konseli dengan mencurahkan segala daya dan upayanya demi perubahan pada diri konseli, yaitu perubahan ke arah yang lebih baik, teratasinya masalah yang dihadapi konseli, sehingga konseli mampu mengembangkan dirinya ke arah peningkatan kualitas kehidupan efektif sehari-hari (effektive daily living).
            Agar dapat mencapai tujuan konseling secara efektif, konselor sebagai fasilitator penyelenggaraan konseling harus memiliki berbagai keterampilan yang memadai tentang pelayanan konseling. Keterampilan yang dimaksud melingkupi empat bidang bimbingan, sembilan layanan, enam jenis kegiatan pendukung yang diwujudkan dalam format layanan bimbingan dan konseling yang terdiri dari format individual, format kelompok, format klasikal, dan format lapangan.

















DAFTAR PUSTAKA

Sugiyo. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya.
Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani.
Yusuf,S.,& Nurishan,J. 2009. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Carkhuff, Robert R. 1985. The Art of Helping, Massachusett : Human Resource Development Press.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/jenis-layanan-bimbingan-dan-konseling/
http://uliyaans.blogspot.com/2013/05/paradigma-dan-ekspektasi-bimbingan_26.html




Tidak ada komentar:

Posting Komentar